Penapun terhenti
, memandangi secarik kanvas dan dirinya sendiri , mengajak jari – jari kembali
menuntun langkah kaki , namun tak bertepi . “Usahaku sia –sia .” , pikirnya
dalam hati . Tidak , jari – jaripun
melanjutkan langkahnya . Satu hingga tiga huruf terlampaui penapun terhenti
kembali . Huruf yang tadinya tertata rapi , lari bersama sebatang karet kecil
berwarna putih .
“Usahaku sia –
sia . Ada apa denganmu ?” Dengus si pena kembali . “Tintaku hampir kering ,
namun karyamu tak kunjung usai .”
Jari – jari
perlahan menggerakkannya ( pena) kembali
. Kaku , sakit yang terasa . Pena terjatuh sesekali .Menata huruf demi huruf
pun terulang kembali . Kali ini berbeda , huruf ceria berubah muram dengan
tetesan air mata . Huruf yang sebelumnya tampak rapi , kali ini bengkok kemana
– mana . “Apa yang terjadi ?” Suara hati berbisik .
Muka pucat pasih
, mata putus asa mulai nampak . Tinta pena luntur tersapu air mata . “Apakah jalanku tela bertepi ?”,
Pikirnya.”Apakah aku mulai ……..?” .”Tidak , Nak ..” Terdengar suara mendekat .Jari
– jaripun mulai melanjutkan misi selanjutnya . Namun tak satu hurufpun usai .
Suara tangisan dan keputus asaan terdengar . Kali ini begitu berat dari yang
beberapa menit yang lalu .
Jari – jaripun
bertambah . Ada jari– jari lain yang meminjamkan usahanya . Ya .. Tangan Ibu
memengangku .Membantuku mengukir untaian
kata yang sulit untuk Ku utarakan di secarik kertas . Ketika semua untaian
kataku usai , Ibu mengukir untaian kata indah yang mungkin dapat ku rasakan . Ya , tapi itu hanya
“mungkin” , sebelum seluruh orga ini tertidur pulas .
Oleh :
Marini Agustyna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar