Bahasa
merupakan alat komunikasi antar manusia untuk melahirkan pikiran dan perasaan.
Sebagai alat
komunikasi, bahasa Indonesia memiliki berbagai ragam :
1.
Berdasarkan tempat atau daerah
2.
Berdasarkan penuturnya
3.
Berdasarkan sasarannya
4.
Berdasarkan pemakaian.
Ada beberapa penjelasan
mengenai karakteristik bahasa Indonesia ilmiah :
1.
Menurut Suparno dkk (1994:2-14) ,
meliputi :
A.
Lugas Dan Jelas
·
Lugas
Bahasa tulis ilmiah digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan hendaknya diungkapkan secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan oleh pengungkapan itu adalah makna lugas. Dengan paparan yang lugas kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat akan terhindarkan. Penulisan yang bernada sastra perlu dihindari (Basuki, 1994). Penulisan yang bernada sastra cendarung tidak mengungkapkan sesuatu secara langsung (lugas). Perhatikan contoh di bawah ini!
Bahasa tulis ilmiah digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan hendaknya diungkapkan secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan oleh pengungkapan itu adalah makna lugas. Dengan paparan yang lugas kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat akan terhindarkan. Penulisan yang bernada sastra perlu dihindari (Basuki, 1994). Penulisan yang bernada sastra cendarung tidak mengungkapkan sesuatu secara langsung (lugas). Perhatikan contoh di bawah ini!
1. Para pendidik yang kadangkala atau bahkan sering kena getahnya
oleh ulah sebagian, anak-anak mempunyai tugas yang tidak bisa
dikatakan ringan.
2. Para pendidik yang kadang-kadang atau bahkan sering terkena
akibat ulah sebagian anak-anak mempunyai tugas yang berat.
Kalimat (1) bermakna tidak lugas. Hal itu tampak pada pilihan kata
kena getahnya dan tidak bisa dikatakan ringan. Kedua ungkapan itu
tidak mampu mengungkapkan gagasan secara lugas. Kedua ungkapan itu dapat
diganti terkena akibat dan berat yang memiliki makna langsung,
separti kalimat (2).
·
Jelas
Artikel ilmiah ditulis dalam rangka mengkomunikasikan gagasan kepada pembaca. Sehubungan dengan hal tersebut, kejelasan gagasan yang disampaikan perlu mendapat perhatian. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas. Gagasan akan mudah dipahami apabila hubungan gagasan yang satu dan yang lainnya jelas. Ketidakjelasan pada umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang. Dalam kalimat panjang, hubungan antargagasan menjadi tidak jelas. Oleh sebab itu, dalam artikel ilmiah disarankan tidak digunakan kalimat yang terlalu panjang. Perhatikan contoh berikut.
Artikel ilmiah ditulis dalam rangka mengkomunikasikan gagasan kepada pembaca. Sehubungan dengan hal tersebut, kejelasan gagasan yang disampaikan perlu mendapat perhatian. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas. Gagasan akan mudah dipahami apabila hubungan gagasan yang satu dan yang lainnya jelas. Ketidakjelasan pada umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang. Dalam kalimat panjang, hubungan antargagasan menjadi tidak jelas. Oleh sebab itu, dalam artikel ilmiah disarankan tidak digunakan kalimat yang terlalu panjang. Perhatikan contoh berikut.
1. Penanaman moral di sekolah sebenarnya
merupakan kelanjutan dari penanaman moral di rumah yang dilakukan melalui
mata pelajaran Pendidikan Moral Paneasila yang merupakan mata pelajaran paling
strategis karena langsung menyangkut tentang moral Paneasila, juga
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran Agama, IPS, Sejarah,
PSPB, dan Kesenian.
2. Penanaman moral di sekolah sebenarnya merupakan
kelanjutan dari penanaman moral di rumah. Penanaman moral di
Sekolah dilaksanakan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Paneasila
yang merupakan mata pelajaran paling strategis karena langsung menyangkut
tentang moral Paneasila. Di samping itu, penanaman moral Pancasila juga
diintegrasikan ke dalam mata pelajararan-mata pelajaran Agama, IPS, Sejarah,
PSPB, dan Kesenian.
Contoh (1)
tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara lain karena kalimat
terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu manyebabkan kaburnya hubungan
antargagasan yang disampaikan. Hal itu berbeda dengan contoh (2),
kalimat-kalimatnya pendak sehingga mampu mengungkapkan gagasan secara jelas.
Ini tidak berarti bahwa dalam menulis artikel ilmiah tidak dibenarkan membuat
kalimat panjang. Kalimat panjang boleh digunakan asalkan penulis cermat dalam
menyusun kalimat sehingga hubungan antargagasan dapat diikuti secara
jelas.
B.
Objektif
Bahasa ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya
yang dapat ditempuh adalah menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak
pengembangan kalimat dan menggunakan kata dan struktur kalimat yang mampu
menyampaikan gagasan secara objektif. Terwujudnya sifat objektif tidak cukup
dengan hanya menempatkan gagasan sebagai
pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan dalam panggunaan kata. Kata-kata
yang menunjukkan sifat subjektif tidak digunakan.
Perhatikan contoh kalimat objektif berikut ini !
1.
Abstrak artikel harus ditulis dalam
sebuah paragraf.
Penelitian
pasti diawali adanya masalah.
2.
Abstrak artikel ditulis dalam sebuah
paragraph.
Penelitian diawali adanya masalah.
Kata-kata yang menunjukkan sikap ekstrim dapat
memberi kesan subjektif dan emosional. Kata-kata seperti harus, wajib, tidak
mungkin tidak, pasti, dan selalu perlu dihindari. Penulisan kalimat (1) berikut perlu dihindari karena barsifat subjektif/emosional. Penulisan kalimat yang tidak subjektif tampak pada
contoh (2).
C.
Cendekia
Artinya, bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara
tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang cendekia mampu
membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan yang disampaikan
penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca. Kalimat-kalimat yang
digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga suku-suku kalimatnya
mirip dengan proposisi logika. Karena itu, apabila sebuah kalimat digunakan
untuk mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki hubungan kausalitas, dua
gagasan beserta hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam kalimat yang
mewadahinya.
Perhatikan
contoh kalimat cendekia di bawah ini!
1.
Kemajuan informasi pada era globalisasi
ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia
terutama pengaruh budaya barat yang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan
tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya
dan moral bangsa Indonesia.
2.
Pada era globalisasi informasi ini
dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia
terutama karena pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia.
Contoh kalimat (2) di atas secara jelas mampu
menunjukkan hubungan kausalitas, tetapi hal itu tidak terungkap secara jelas
pada contoh (1). Kecendekiaan bahasa juga tampak pada ketepatan dan keseksamaan
penggunaan kata. Karena itu, bentukan
kata yang dipilih harus disesuaikan dengan
muatan isi pesan yang akan disampaikan.
D.
Ringkas dan padat
Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak
adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan
bahasa yang hemat. Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan
dengan unsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah
memadai dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan
sudah terpenuhi.Keringkasan dan kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga
ditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam
tulisan ilmiah.
Perhatikan contoh kalimat ringkas dan
padat berikut ini !
1.
Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi
setiap warga negara Indonesia.
2. Nilai etis sebagaimana tersebut pada
paparan di atas menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi
setiap warg/a negara Indonesia.
Contoh (1) berikut termasuk bahasa ilmiah yang ringkas/padat, sedangkan contoh (2) adalah bahasa yang tidak ringkas. Hadirnya kata sebagaimana tersebut pada paparan dan kata dan dasar pegangan hidup dan kehidupan pada kalimat (2) tidak memberi tambahan makna yang berarti.Dengan demikian, hadirnya kata-kata tersebut mubazir.
E.
Konsisten
Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah
digunakan secara konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda
lain, dan istilah digunakan sesuai dengan
kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten. Sebagai
contoh, kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas
bagi mengantarkan objek (Suparno, 1998). Selain itu, apabila pada bagian awal
uraian telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian
selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut.
Perhatikan contoh kalimat konsisten berikut ini !
1.
Untuk mengatasi penumpang yang melimpah
menjelang dan usai lebaran, pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan, semua
kendaraan ekstra.
Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak
penting bagimuslim Bosnia. Bagi mereka yang penting adalah pencabutan embargo
persenjataan.
2.
Untuk penumpang yang melimpah menjelang
dan usai lebaran, telah disiapkan kendaraan yang eukup. Pengusaha angkutan
dihimbau mengoperasikan semua kendaraan ekstra. Perlucutan senjata di wilayah
Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia. Untuk mereka yang penting adalah
peneabutan embargo persenjataan.
Contoh (2) tidak konsisten dengan kaidah yang berlaku. Sementara itu, contoh
yang konsisten adalah contoh (1).
F.
Gagasan sebagai pangkal tolak
Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan.
Bahasa Indonesia ragam ilmiah mempunyai sifat bertolak dari gagasan. Artinya,
penonjolan diadakan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada
penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat
pasif sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.
Perhatikan
contoh kalimat bertolak dari gagasan di bawah ini!
1.
Dari uraian tadi penulis dapat
menyimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.
2.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.
Contoh kalimat (1) beroriantasi pada penulis. Hal
itu tampak pada pemilihan kata penulis (yang menjadi sentral) pada kalimat
tersebut. Contoh (2) berorientasi pada gagasan dengan menyembunyikan kehadiran penulis. Untuk
menghindari hadirnya pelaku dalam paparan, disarankan menggunakan kalimat
pasif. Orientasi pelaku yang bukan penulis yang tidak berorientasi pada gagasan
juga perlu dihindari. Oleh sebab itu, paparan yang melibatkan pembaca dalam
kalimat perlu dihindari.
2.
Menurut Suwignyo (2008: 11), meliputi :
A.
Objektif
B.
Ringkas dan jelas
C.
Cendekia
D.
Formal
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah
bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat
pada kosa kata, bentukan kata, dan kalimat. Bentukan kata yang formal adalah
bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam
bahasa Indonesia. Kalimat formal dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh
kelengkapan unsur wajib (subyek dan predikat), ketepatan penggunaan kata fungsi
atau kata tugas, kebernalaran isi, dan tampilan esei formal.
Keformalan kalimat dalam artikei ilmiah ditandai oleh :
1.
Kelengkapan unsur wajib (subjek dan
predikat),
2.
Ketepatan panggunaan kata fungsi atau
kata tugas,
3.
Kebernalaran isi, dan
4.
Tampilan esai formal. Sebuah kalimat
dalam artikel ilmiah satidak-tidaknya
memiliki subjek dan predikat.
E.
Konsisten/taat asas
Referensi :
TIM UNESA.2012. Menulis Ilmiah.Surabaya : UNESA
UNIVERSITY PRESS
http://pendidikanmatematika2011.blogspot.com/2012/04/syamsinar-awaliah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar